Memahami Berat Bruto dan Berat Netto dalam Industri Tekstil
- Intan Jaya Tekstil
- Jul 14, 2024
- 2 min read
Dalam industri tekstil, khususnya pada proses produksi kain, terdapat dua istilah penting yang sering digunakan, yaitu berat bruto dan berat netto. Pemahaman akan kedua istilah ini sangat krusial karena berpengaruh langsung terhadap harga jual dan penghitungan biaya produksi. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai kedua konsep ini.

Definisi Berat Bruto dan Berat Netto
Berat Bruto: Berat bruto adalah berat kain sebelum melalui proses celup. Ini adalah berat awal kain yang sering disebut juga sebagai kain greige atau kain mentah.
Berat Netto: Berat netto adalah berat kain setelah melalui proses celup. Ini adalah berat akhir kain setelah proses pewarnaan dan penyelesaian lainnya.
Penghitungan Berat Bruto dan Berat Netto
Berat Bruto: Dihitung dengan menimbang kain greige sebelum proses celup.
Berat Netto: Dihitung dengan menimbang ulang kain setelah selesai melalui proses celup.
Faktor yang Mempengaruhi Berat Bruto dan Netto
Berat Bruto: Dipengaruhi oleh kondisi benang dan kecepatan merajut kain.
Berat Netto: Dipengaruhi oleh kondisi proses celup seperti durasi celup, jenis bahan kimia yang digunakan, dan apakah ada proses tambahan lainnya.
Pentingnya Mengetahui Perbedaan Berat Bruto dan Netto
Bagi pembeli mengetahui perbedaan ini membantu penjual menentukan berat pasti yang dibeli dan menghindari estimasi yang bisa merugikan. Jika hanya mengandalkan berat bruto, penjual harus memperkirakan atau menggunakan patokan tertentu untuk susut berat kain yang belum tentu sesuai dengan kondisi nyata.
Pengaruh Berat Bruto dan Netto terhadap Harga
Karena kita membahas kain berbahan katun, kain katun memiliki batas toleransi susut berat sekitar 8%. Sebagai contoh, jika harga bruto adalah Rp100.000 per kg, maka harga netto dihitung dengan menambahkan 8%, sehingga menjadi Rp108.000 per kg.
Untuk warna putih bisa lebih besar sampai dengan 10% dikarenakan proses yang digunakan untuk menghilangkan warna alami atau kotoran dari serat atau kain lebih banyak konsentrasi nya dibandingkan untuk kain yang akan dicelup warna.
Standar atau Regulasi
Tidak ada standar atau regulasi khusus yang mengatur penghitungan berat bruto dan netto dalam industri tekstil. Angka 8% adalah hasil dari histori produksi yang konsisten dengan kondisi standar produksi.
Contoh Perhitungan
Misalnya, harga kain dengan berat bruto Rp100.000 per kg. Dengan batas toleransi susut 8%, harga netto menjadi Rp108.000 per kg.
Untuk persentase berat, misal berat bruto 25kg dan berat setelah ditimbang 24kg berarti susut 4% [((25kg-24kg)/25kg))x100%] masih baik mengingat toleransinya 8%.
Manfaat bagi Pembeli
Dengan memahami perbedaan antara berat bruto dan netto serta dampaknya terhadap harga, pembeli bisa membuat keputusan yang lebih baik dan tepat.
Comments